A. PENGERTIAN
Classroom action research
(CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru
di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan
rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik,
dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa
jenis action research, dua di antaranya adalah individual
action research dan collaborative
action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom
action research dan collaborative
action research;
dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian
kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action
research berbeda
dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun
teori yang bersifat umum (general). Action
research lebih
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh
orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom
action research disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom
Action Research
Penelitian
Formal
|
Classroom
Action Research
|
Dilakukan oleh orang lain
|
Dilakukan oleh guru/dosen
|
Sampel harus representatif
|
Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
|
Instrumen harus valid dan reliabel
|
Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
|
Menuntut penggunaan analisis statistik
|
Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
|
Mempersyaratkan hipotesis
|
Tidak selalu menggunakan hipotesis
|
Mengembangkan teori
|
Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
|
B. MODEL
– MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar
dari berbagai model action research, terutama classroom
action research. Dialah
orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action
research menurut
Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen
itu dipandang sebagai satu siklus.
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan
dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas,
hanya saja komponen acting danobserving dijadikan satu kesatuan
karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu
yang sama
C. MASALAH
CAR
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.
1. Banyaknya
Masalah yang Dihadapi Guru
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah,
seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang
tidak dapat menemukan masalah untuk CARsungguh ironis. Merenunglah
barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera
menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.
2. Tiga
Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga
kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian
materi pelajaran, dan (c) pengelolaan
kelas. Jika
Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi
secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara
sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi.
Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang
berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja
kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan
masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori
lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.
3. Masalah
yang Berada di Bawah Kendali Guru
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang
menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di
rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan
kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan,
dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah
yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah
pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar
kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan
raya.
4. Masalah
yang Terlalu Besar
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun
merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya
hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup
seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda
pecahkan.
5. Masalah
yang Terlalu Kecil
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran
secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan
kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat
lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk
masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak
masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah
yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat
merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan
bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu,
dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta
belajar (belajar
bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan
strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar
dan jelas.
7. Masalah
yang Anda Senangi
Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang
Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah
itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang
diberikan.
8. Masalah
yang Riil dan Problematik
Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah
yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan
Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda
dampak negatifnya cukup besar).
9. Perlunya
Kolaborasi
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada
kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda perlu bertukar fikiran
dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior
dalam menentukan masalah.
D. IDENTIFIKASI,
PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi
Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua
masalah yang Anda rasakan selama ini.
2. Pemilihan
Masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang
teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action
research yang
berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal
kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan
penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan
berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat
memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu
berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai
prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut,
misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu
dengan yang lain.”
3. Deskripsi
Masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu
serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk
dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun
jumlah siswa yang terlibat.
Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara
geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari
satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi,
tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti
ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang
pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat
bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam
mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih
mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan
berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa
saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan
siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran.
Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas.
Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer
suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”
4. Rumusan
Masalah
Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama,
selanjutnya Anda perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas.
Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima
pertanyaan:
1. Siapa yang terkena dampak
negatifnya?
2. Siapa atau apa yang
diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi tujuan
perbaikan?
5. Apa yang akan dilakukan
untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh rumusan masalah:
§ Siswa di SLTP-X tidak dapat
melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini
menjawab pertanyaan 1 dan 3)
§ Grup action
research percaya
bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru
mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
§ Kita menginginkan para
siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara
disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh
dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini
menjawab pertanyaan 4)
§ Oleh karena itu kita
merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam
satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini
manjawab pertanyaan 5)
Contoh pertanyaan penelitian:
3. Apa yang menyebabkan siswa
menyukai suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan antara
prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin
dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
E. KAJIAN
TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian Teori
Dalam membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda telah melakukan
“analisis penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan
diberikan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara
tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada
teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedline-height: 15.05pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
F. METODOLOGI
1. Setting Penelitian
Setting penelitian perlu Anda
uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru
keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada
kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
2. Perbedaan Mengajar Biasa
dengan CAR
Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar
(biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi
perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah
seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat
bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang
sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil.
Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu.
Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dariCAR Anda.
3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan
hal-hal yang berkaitan denganCAR. Jika ada perubahan pada
satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan
secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks
satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang
dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang
diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan
baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar
sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran
standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk
mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang
diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran
yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat
bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu
tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung
ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama
ini berlalu tanpa bekas.
Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah
penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4. Siklus-siklus
Dalam CAR siklus merupakan ciri khas
yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu siklus harus
dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian
“riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam
penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan.
Dalam CARhasil
yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2)
pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali.
Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action
reseach, bukan
seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang
dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena
bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak
penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta
itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan
dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah
benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan
hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata
hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi
“pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan,
saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan,
berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb.
“Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa,
menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi
penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri
dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Dalam action reseach selama ini banyak siklus
yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
1. Dalam siklus diuraikan
semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya
sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total
melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara
tradisional, buruk, dan di bawah standar.
2. Tidak jelas apakah
perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode
tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap)
dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama
satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan
bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan
lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi
pasien, yang bersifat triangulatif.
3. Siklus dilakukan tidak
berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara
tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan
demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa
metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus
disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh
jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
5. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah
pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik
variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu
diperhatikan untuk menjamin validitas data.
2. Tabel, Diagram, dan Grafik
Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan
untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan
lebih mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala
angka-angkanya diatur sedemikain rupa sehingga terkesanartificial. Hasil yang begitu
spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk
mencapainya, sehingga pembaca akan makin ragu.
3. Hasil-hasil yang Otentik
Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya
siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan
sebagai hasil penelitian.
H. KESIMPULAN CAR
1. Kesimpulan
Kesimpulan tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
atau menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada
bagian D4 di atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut
prosesnya. Marilah kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.
1. Kesulitan apa yang dialami
siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata
pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes awal
dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa daftar
kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru lain.
Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan
tersebut.
2. Apakah siswa dapat
mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ?
Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata
pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya
antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.
3. Apa yang menyebabkan siswa
menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui
kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran
berlangsung.
4. Apakah ada perbedaan antara
prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin
dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban
atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda;
misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi
pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus
dariCAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin
lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata
pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model
multidisiplin tersebut berlangsung.
Jadi kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat
jika bunyinya hanya seperti: “Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil
belajar siswa.” Kesimpulan ini mirip dengan yang diinginkan penelitian
kuantitatif. Guru lain yang membaca kesimpulan ini tentu ingin mengetahui
bagaimana prosesnya sehingga media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi
kesimpulan itu masih harus diikuti dengan proses atau rinciannya, seperti a)
Transparansi OHP lebih disukai siswa daripada media lain, b) Paling banyak
hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam satu presentasi, jika lebih dari
itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal pembelajaran cenderung lebih
disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama terhadap satu transparansi cenderung
membuat siswa bosan; dan e) Satu kali presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20
menit.
2. Saran
Karena CAR bersifat kontekstual,
pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut
sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian secara rinci sudah
cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan
Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan diperluas untuk
tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang relevan.
Saran CAR diperlukan misalnya jika
temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas,
misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal pelajaran di sekolah.
Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal yang diinginkan kepada
fihak sekpolah.
I. DAFTAR
PUSTAKA
Daftar pustaka mencerminkan penguasaan Anda atas teori belajar dan
pembelajaran yang Anda minati. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung
sebelumnya, daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan Anda atas
penelitian-penelitien terbaru yang sedang ngetren. Selama ini guru peneliti
sering mencantumkan nama-nama ahli pendidikan, psikologi, dan pembelajaran
tetapi tidak disertai dengan daftar pustakannya. Buatlah daftar pustaka secara
cermat.
Sumber : Dr. Supriyadi M. Pd.*)) disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat
Pusat yang Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 12-15
September 2005 di Hotel Evergreen, Cisarua, Bogor.
*) Dr. Supriyadi M. Pd. adalah staf pengajar pada Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Jakarta.
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini