Matematika :

Jul 4, 2011

Terjebak dalam Pernikahan Semibahagia?

KEJADIAN yang menimpa beberapa figur publik belakangan ini memaksa banyak orang menguji kembali hubungan masing-masing. Perselingkuhan menjadi pemicu sebagian orang untuk bercerai, meski puluhan tahun bersama.
Lihat apa yang dialami Arnold Schwarzenegger dan Maria Shriver, demikian halnya John Edwards dan mendiang Elizabeth.
Pew Research Center baru-baru ini menemukan, 40 persen orang Amerika menganggap pernikahan itu sesuatu yang ketinggalan zaman.
Orang usia 18-29 cenderung berpendapat, menjadi orangtua yang baik jauh lebih penting daripada menjalani pernikahan yang baik.
Tak heran jika di luar sana, pernikahan dipandang sebelah mata. Pernikahan lebih seperti surat-surat yang merepotkan.
Dan setelah banyak kejadian, banyak orang menganggap diri tidaklah sebahagia yang diperkirakan selama ini. Tapi hanya semi-happy -- semibahagia.
Pencarian kepuasan dan kebahagiaan ini bisa mengarah pada perselingkuhan, bahkan perceraian.
Apa itu pernikahan semibahagia? Ditandai dengan rendahnya konflik, rendahnya gairah, dan rendahnya kepuasan.
“Menit pertama, Anda suka stabilitas dan puas dengan pernikahan Anda. Menit berikutnya, Anda pikir pernikahan ini keliru, benar ada kekurangan yang serius, meski ada juga hal-hal yang memuaskan,” ungkap pakar sejarah Pamela Haag, penulis buku Marriage Confidential: The Post-Romantic Age of Workshore Wives, Royal Children, Undersexed Spouses, and Rebel Couples Who Are Rewriting the Rules.
Dengan kata lain, “Satu menit Anda tak bisa membayangkan bisa bertahan dalam pernikahan, menit lainnya Anda tak bisa membayangkan jika Anda meninggalkan pernikahan Anda. Ini jenis pernikahan yang rendah konflik tapi tidak memuaskan, dan inilah biang utama perceraian.”
Bosan, kesepian, hingga terjebak
Rasa bosan juga bisa menjadi sumber masalah pernikahan. Survei terhadap 3.341 orang yang dilakukan laman GoodinBed dan Kristen Mark dari Institut Kinsey yang meneliti seks, gender, dan reproduksi menemukan 25 persen responden bosan dalam hubungan monogami mereka, dan 25 persen lainnya mengaku “sedikit” bosan.
“Bosan pada dasarnya seperti serangan pada sistem kekebalan hubungan,” ungkap Ian Kerner, PhD, pendiri GoodinBed serta penulis Love in the Time of Colic: A New Parents' Guide to Getting It On Again.
“Bukan kebetulan jika seperlima responden mengaku tidak setia lantaran bosan pada pasangannya.”
Sebagian besar wanita yang diwawancara Pamela mengaku kesepian dalam pernikahan semibahagia mereka, sedangkan kaum prianya terjebak.
Tak peduli apakah mereka menikah muda atau sudah cukup matang, yang jadi masalah adalah apa yang mereka harapkan dari pernikahan itu. Dan bagi mereka, pernikahan tradisional sebagaimana dijalani orangtua mereka tidak lagi bisa dijadikan panutan.
“Angka pernikahan menurun karena harapannya terlalu tinggi,” cetus Pamela.
Pamela menekankan fakta bahwa dia pakar sejarah dan bukan terapis pernikahan, makanya dia tidak menyarankan gaya pernikahan tertentu.
Dalam bukunya, Pamela memberikan beberapa saran untuk menjalani pernikahan yang semibahagia, dari hal-hal yang ringan hingga yang ekstrem.
Sesuatu yang mungkin tak pernah terpikirkan, misalnya menulis ulang ikrar pernikahan yang lebih akurat menggambarkan kehidupan Anda berdua saat ini, tidur di kamar terpisah, menganggap pernikahan seperti kesepakatan mendidik anak secara temporer, hingga yang paling ekstrem dengan memberi waktu bagi pasangan untuk “selingkuh”.
Apa pun yang dilakukan, banyak orang masih merasa semibahagia, tidak sepenuhnya merasa bahagia.
“Ada bagian dalam jiwa Anda yang tidak berkembang dalam pernikahan dan itu menjadi bagian besar yang sulit ditinggalkan,” tulis Pamela.
Pada akhirnya, Anda menyerah dan memilih untuk berpisah.
“Anda mencoba, tapi merasa takut Anda berada dalam pernikahan yang keliru, meski pasangan Anda sangat baik.” Itu bisa saja terjadi pada siapa pun.
Sebagai individu, Anda layak berkembang. Jika sudah menikah pun, jangan lupa untuk “berkembang bersama” pasangan. Jangan sampai pasangan tertinggal atau Anda tertinggal pasangan.
Bagaimana pun, ikatan pernikahan itu perpaduan dua individu yang berbeda. Jangan sampai kesenjangan perbedaannya malah makin melebar dan sulit untuk disatukan lagi.

No comments:

Post a Comment

Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini

 

© Copyright yusuf blog 2010 -2011 | Design by Yusuf Blog | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...