Ketika saya lulus SMA tahun 1997
dan memutuskan masuk ke jurusan matematika, beberapa guru dan teman bertanya,
"Mengapa matematika?" Jawaban waktu itu hanya dua: karena saya suka
matematika dan karena saya merasa bisa mendapatkan nilai di atas passing grade-nya. Jawaban kedua tentu saja
yang paling penting waktu itu karena lolos Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN) mungkin dapat diartikan lolos dari lubang jarum seleksi kehidupan.
Masuk perguruan tinggi bergengsi cenderung diartikan penghidupan yang layak
setelah lulus kuliah, walaupun kenyataannya tidak selalu demikian. Beberapa
tahun setelahnya, ternyata saya masih mendapat pertanyaan yang serupa ketika memperkenalkan
diri sebagai peneliti matematika: Penelitian matematika? Apa ada yang baru dari
matematika? Bukankah 11 2 selamanya? Jawaban yang
diberikan berdasarkan pengalaman saya akan diuraikan dalam tulisan ini.
Penelitian di bidang matematika
bisa dikategorikan menjadi dua kelompok berdasarkan motivasi penelitian
tersebut: penelitian yang didorong oleh aplikasi matematika di bidang ilmu
lainnya dan penelitian yang termotivasi oleh pengembangan bidang matematika itu
sendiri. Kelompok pertama sekarang lebih dikenal sebagai matematika terapan dan
kelompok kedua biasa disebut dengan matematika murni.
Penelitian dalam kelompok
matematika terapan, sesuai dengan namanya, diawali dari masalah nyata yang bisa
muncul dalam fisika, teknik, ekonomi, sastra dan bidang ilmu sosial. Untuk
mencari contohnya sangat mudah. Di Eropa, ada pertemuan rutin matematikawan
dengan dunia industri dalam lokakarya yang bertajuk the European Study Group with Industry yang diorganisasikan oleh
kampus-kampus berbeda di Eropa. Serupa dengan itu, di Australia ada Mathematics in Industrial Study
Group, sedangkan di Amerika
ada Mathematical
Problems in Industry. Dalam pertemuan ini
pihak industri mempresentasikan masalah-masalah yang mereka hadapi yang sering kali
membutuhkan metode matematika baru. Karena itu tidak jarang dalam proses merumuskan
persoalan-persoalan nyata tersebut ke dalam persamaan bisa ditemukan metode
matematika baru atau bahkan tercipta sub-bidang ilmu baru yang berbeda dan
terpisah dari yang sudah ada.
Berdasar pengalaman saya sendiri
semakin tinggi kita sekolah dan belajar, semakin tidak jelas batas antara satu
bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Karena itu bukan hal yang aneh bila ada
matematikawan yang sangat mengerti detil ilmu sel dan ada ahli biologi yang
menguasai matematika tingkat tinggi. Juga banyak nama disiplin ilmu yang merupakan
gabungan dua disiplin ilmu berbeda, seperti mathematical biology, biological mathematics, mathematical engineering, engineering mathematics, dan sebagainya. Beberapa
perguruan tinggi bahkan mempunyai jurusan matematika dan jurusan teknik di
tempat yang sama. Sedangkan dalam matematika murni,
penelitiannya didorong oleh keinginan mengembangkan matematika itu sendiri,
terlepas apakah nanti penelitiannya bermanfaat atau tidak dalam kehidupan
sehari-hari. Motivasi si matematikawan sendiri terkadang juga tidak lebih dari
sekadar main-main dengan angka. Berikut satu contoh hasil riset yang masih
hangat baru diangkat dari penggorengan.
Ketika kita menaruh laptop di atas
meja, kita menaruhnya dengan sangat hati-hati agar laptop tidak jatuh ke
lantai. Namun terkadang meja tempat kita menaruh laptop tersebut penuh dengan
barang-barang lainnya. Tanp harus menurunkan barang-barang lain tersebut,
berapa luas minimum meja yang harus tersedia supaya kita masih bisa menaruh
laptop di atasnya?
Burkard Polster, matematikawan
dari Monash University, Australia, membuat formulasi matematika dari pertanyaan
di atas dalam sebuah artikel ilmiah yang dimuat online di arXiv:0906.0809. Sedikit
kutipan pembukaan artikel tersebut:
"I often work on
my laptop in bed. When needed, I park the laptop on the bedside table, where
the computer has to share the small available space with a lamp, books, notes,
and heaven knows what else. It often gets quite squeezy. Being regularly faced
with this tricky situation, it finally occurred to me to determine once and for
all how to place the laptop on the bedside table so that its ‘footprint’ – the
area in which it touches the bedside table – is minimal. In this note I give
the solution of this problem, using some very pretty elementary mathematics."
Tapi mungkin kita akan langsung
bertanya, "Apa untungnya membuat rumusan matematika untuk masalah seperti
ini? Mengatur laptop di atas meja dengan menggunakan ilmu kira-kira bisa jadi
jauh lebih cepat dari pada dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan
matematika."
Ajaibnya sering kali bidang ilmu
matematika yang awalnya terlihat tidak ada gunanya seperti ini di kemudian hari
dijumpai ternyata dibutuhkan di bidang ilmu lainnya. Ibaratnya seperti
orang-orang yang membangun pagar tembok semaunya yang satu sama lain tidak
saling bertegur sapa tapi kemudian beberapa tembok saling bertemu dan memotong
tanpa sengaja.
Ketika hal ini terjadi, apakah
bidang ilmu matematika murni tersebut lantas menjadi matematika terapan?
Jawabnya bisa ya, bisa tidak. Karena itu kategorisasi matematika terapan dan
matematika murni sesungguhnya tidak mempunyai batas yang jelas. Dan karena itu
pula kesimpulannya selama manusia masih berpikir dan kehidupan masih berkembang,
akan selalu ada yang baru dari matematika.
Sumber : Majalah 1000guru-rubrik
Matematika, Penulis : Hadi Susanto, dosen di School of Mathematical Sciences,
Nottingham University, Inggris.
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini