Pada suatu hari dunia
serangga hiduplah Semut dan Belalang. Semut adalah sosok yang rajin. Pada musim
panas ia bekerja keras sekuat tenaga. Kegagalan demi kegagalan ia dapati,
tetapi semut tidak menyerah. Akhirnya semut pun berhasil mendirikan banyak perusahaan
dan mengumpulkan banyak uang. Uang-uang tersebut hanya ia gunakan sebatas
keperluan saja, sehingga tabungan dan depositonya pun menumpuk di bank.
Belalang juga sosok yang
rajin. Ia juga seorang pekerja keras. Tetapi ia jarang menabung. Seluruh
uangnya dihabiskan begitu saja untuk memuaskan keinginannya. Belalang juga
sering mentertawakan prinsip Semut tersebut. “Hidup hanya sekali, maka
dinikmati saja!” katanya.
Beberapa bulan kemudian, saat musim dingin tiba semua sektor pertanian harus berhenti. Salju turun terus menerus setiap hari. Krisis ekonomi pun mulai melanda negeri serangga. Selanjutnya dapat di tebak, bisnis Belalang juga ikut jatuh. Belalang menjadi miskin dan mulai hidup di jalanan.
Beberapa bulan kemudian, saat musim dingin tiba semua sektor pertanian harus berhenti. Salju turun terus menerus setiap hari. Krisis ekonomi pun mulai melanda negeri serangga. Selanjutnya dapat di tebak, bisnis Belalang juga ikut jatuh. Belalang menjadi miskin dan mulai hidup di jalanan.
Tetapi Belalang adalah
serangga cerdas. Dengan perencanaan yang matang, Belalang mulai menulis di
koran-koran tentang bagaimana mewahnya kehidupan si Semut sementara ada
serangga-serangga lain termasuk Belalang yang sedang kelaparan. Dengan bantuan
mantan rekan-rekan bisnisnya, Belalang menggelar konferensi pers dengan tema
“Kenapa di negeri yang kaya ini masih ada Belalang yang kelaparan?” Semua
wacana yang ia buat saat konferensi pers tersebut ditujukan untuk menyerang
kaum kapitalis termasuk si Semut.
SSTI, SSTV, dan beberapa TV
swasta lain mulai mengangkat kehidupan Belalang dengan menampilkan video
kehidupan Belalang yang memprihatinkan separuh layar, kemudian pada separuh
layar yang lain ditampilkan kehidupan Semut yang penuh kemewahan. Bahkan,
Jangkrik Fals seorang penyanyi terkenal – juga ikut mendukung gerakan Belalang.
Pada berbagai acara televisi jangkrik menyanyikan lagu “Tidak mudah menjadi
hijau”.
Dalam sebuah wawancara di
program televisi yang cukup terkenal Seribu Mata, Ketua DPS (Dewan Perwakilan
Serangga) Nyamuk Alie menyatakan bahwa ia sangat simpati dengan hal ini.
Akhirnya sidang DPS pun digelar dan mereka memutuskan untuk menaikkan pajak
pada serangga-serangga yang sangat kaya, termasuk Semut.
Tetapi gerakan si Belalang
tidak berhenti sampai di sini saja, berbagai usaha ia lakukan lagi agar dapat
mengakuisisi seluruh kekayaan Semut. Belalang juga mulai berteriak di berbagai
media bahwa Perusahaan-perusahaan milik Semut adalah biang utama kemiskinan di
negara serangga. Sekali lagi, usaha ini didukung oleh banyak pihak termasuk
pers. Pemerintah pun geram, seluruh kekayaan Semut di sita oleh negara. Separuh
perusahaan milik Semut termasuk rumah mewahnya diberikan kepada Belalang.
Belalang yang saat ini telah dianggap sebagai “Pahlawan Kemiskinan” dianggap
lebih pantas mengelola itu semua.
Akhirnya beberapa bulan
kemudian musim dingin pun berakhir. Belalang mulai keblinger dengan kekayaan.
Ia mulai terjerat narkoba, perusahaannya pun bangkrut satu per satu. Akhirnya
Belalang jatuh miskin. Tidak ada yang mengenalinya saat Belalang tewas di
pinggir jalan akibat overdosis. Lalu bagaimana dengan Semut? tidak ada kabar
yang pasti tentang ini. Beberapa serangga bilang bahwa Semut telah pindah ke
negeri seberang dan merintis usaha barunya di sana.
(Terinspirasi
oleh dongeng klasik “The Ant and the Grasshoper” oleh Aeosop)
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini