Matematika :

Jun 28, 2011

Istilah “Sukses” menjadikan Kita Jadi Tidak Bahagia

Cobalah pergi ke taman kanak-kanak (TK). Dengarkanlah sendau gurau mereka. Dengarkan dengan seksama irama sendau gurau mereka. Kemudian, pergilah ke sekolah-sekolah dasar (SD). Dengarkan sendau gurau anak-anak SD itu. Lebih menggema mana sendau gurau di TK atau di SD? Dengarkan dengan sangat seksama, apa ada perbedaan irama sendau gurau anak-anak TK dengan anak-anak SD?

Dengarkan pula sendau gurau para siswa SMP. Lalu SMA. Lalu perguruan tinggi. Lalu di kantor-kantor atau di perusahaan-perusahaan. Apa yang Anda rasakan? Bukankah riuh rendah sendau gurau itu semakin berkurang ketika usia semakin bertambah? Bukankah irama sendau gurau juga berbeda dari waktu ke waktu?

Riuh rendah sendau gurau semakin lenyap seiring dengan bertambahnya usia. Menuju riuh rendah kebingungan. Riuh rendah konflik. Riuh rendah ketegangan. Riuh rendah  kekhawatiran. Dan seterusnya.

Kalau demikian halnya, mana yang sesungguhnya yang lebih berbahagia? Anak-anak TK atau anak SD atau SMP atau SMA atau mahasiswa atau para pejabat atau para pengusaha?

Ketika anak-anak TK belum bisa membedakan mana rekannya yang kaya, dan mana rekannya yang miskin. Mana rekannya yang “pandai”, mana rekannya yang “bodoh”, mana rekannya yang “cantik”, mana rekannya yang “kurang cantik”, mana rekannya yang “sukses” mana rekannya yang “belum sukses”, dan seterusnya. Ketika itu pula sendau gurau mereka adalah sendau gurau penuh yang “jujur”, bukan sendau gurau “tipuan.”
Ya, ketika anak-anak belum mengenal istilah “sukses”, ketika itu pula mereka berbahagia. Sejak kita mengenal istilah “sukses”, kita jadi orang yang lebih banyak susah dari pada suka. Lebih banyak bingung dari pada tenang. Lebih banyak sibuk dari pada santai. Lebih banyak konflik dari pada damai. Apa Anda merasakan seperti ini? Mengapa? Karena setiap saat kita merasakan belum sukses, maka setiap saat pula kita jadi susah. Jadi sibuk. Jadi tidak nyaman. Jadi tidak tenang. Jadi tergesa-gesa. Jadi bingung. Jadi penuh konflik. Dan seterusnya. Ini terjadi karena saat ini kita belum merasa sukses.

Ya, apakah Anda saat ini sudah sukses? Cobalah jawab dengan jujur. Anda telah menjawab,”Saya belum sukses.” Tanyakan pula kepada orang tua, paman, kakak, adik, tetangga, dan rekan-rekan Anda atau kepada orang-orang yang Anda temui di jalan. Tidak peduli, apakah mereka kaya atau tidak. Apa jawaban mereka? Mungkin 90% atau 100% dari mereka akan menjawab,”Belum sukses.” Tanyakan lagi kepada diri Anda sendiri dan mereka itu, “Kalau saat ini, Anda belum sukses, lalu kapan Anda akan sukses?”Lebih spesifik lagi, ”Pada usia berapa Anda akan sukses?”

No comments:

Post a Comment

Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini

 

© Copyright yusuf blog 2010 -2011 | Design by Yusuf Blog | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...