Kebijakan Google+ yang menghapus sejumlah akun dipermasalahkan. Apalagi, Google dinilai terlalu agresif menghapus akun-akun yang tidak menggunakan nama sebenarnya.
Laman ReadWriteWeb menyebut penghapusan akun akibat kebijakan nama ini juga dialami sejumlah nama berpengaruh. Salah satu nama yang akunnya sempat 'ditendang' adalah Blake Ross, yang juga salah satu pendiri Firefox dan kini Direktur Produk Facebook. Namun, kini Ross telah mendapatkan kembali akunnya.
Selain Blake Ross, laman Mashable menyebut aktor William Shatner juga dihapus akunnya oleh Google+ karena kebijakan nama. Padahal Shatner merupakan aktor terkenal yang memerankan Kapten James Kirk di Star Trek. Tapi setelah Shatner mengeluh di akun Twitter, Google+ mengembalikan akun Shatner.
Setelah 'ditendang' Google+, baik Ross dan Shatner mendapat email: "Setelah melakukan review profile Anda, kami menganggap bahwa nama Anda tidak sesuai dengan Standar Komunitas kami."
Hingga kini, belum jelas pengertian dari Standar Komunitas yang dimaksud Google.
Seorang blogger asal Amerika Serikat, Kirrily "Skud" Robert, kemudian mengumpulkan sejumlah nama yang 'ditendang' Google+. Skud pun menemukan sejumlah fakta bahwa:
1. 74 Persen dari 119 nama yang dikumpulkan Skud menggunakan nama yang telah dikenal saat online.
2. 18 Persen nama itu merupakan nama ekslusif (satu-satunya digunakan) di dunia maya.
3. 13 Persen mengaku dihapus karena menggunakan nama yang dianggap terkait lembaga pemerintah (terkait isu konspirasi teori).
4. Sebagian besar akun Google+ yang dihapus menggunakan nama pena atau nama panggung.
Selain itu, Skud juga menyebut, ada alasan personal seorang pengguna Google+ membuat akun yang tidak menggunakan nama asli. Alasan itu antara lain:
- Seorang guru tidak ingin diketahui kehidupan personalnya oleh murid-muridnya.
- Takut menjadi korban pemerkosaan atau dibuntuti (stalking victim).
- Tidak ingin dikaitkan dengan suatu pandangan politik atau agama.
Sementara itu Senior Vice President Google untuk produk social networking, Vic Gundotra, mengatakan programer Google+ sedang menangani masalah ini. Sejumlah pengguna pun telah dihubungi, dan nama panggilan (nickname) itu akan ditambahkan di Google+ dan dilakukan pengecualian. Ini merupakan dedikasi terhadap sejumlah brands dan organisasi. (umi)
• VIVAnews
Selain Blake Ross, laman Mashable menyebut aktor William Shatner juga dihapus akunnya oleh Google+ karena kebijakan nama. Padahal Shatner merupakan aktor terkenal yang memerankan Kapten James Kirk di Star Trek. Tapi setelah Shatner mengeluh di akun Twitter, Google+ mengembalikan akun Shatner.
Setelah 'ditendang' Google+, baik Ross dan Shatner mendapat email: "Setelah melakukan review profile Anda, kami menganggap bahwa nama Anda tidak sesuai dengan Standar Komunitas kami."
Hingga kini, belum jelas pengertian dari Standar Komunitas yang dimaksud Google.
Seorang blogger asal Amerika Serikat, Kirrily "Skud" Robert, kemudian mengumpulkan sejumlah nama yang 'ditendang' Google+. Skud pun menemukan sejumlah fakta bahwa:
1. 74 Persen dari 119 nama yang dikumpulkan Skud menggunakan nama yang telah dikenal saat online.
2. 18 Persen nama itu merupakan nama ekslusif (satu-satunya digunakan) di dunia maya.
3. 13 Persen mengaku dihapus karena menggunakan nama yang dianggap terkait lembaga pemerintah (terkait isu konspirasi teori).
4. Sebagian besar akun Google+ yang dihapus menggunakan nama pena atau nama panggung.
Selain itu, Skud juga menyebut, ada alasan personal seorang pengguna Google+ membuat akun yang tidak menggunakan nama asli. Alasan itu antara lain:
- Seorang guru tidak ingin diketahui kehidupan personalnya oleh murid-muridnya.
- Takut menjadi korban pemerkosaan atau dibuntuti (stalking victim).
- Tidak ingin dikaitkan dengan suatu pandangan politik atau agama.
Sementara itu Senior Vice President Google untuk produk social networking, Vic Gundotra, mengatakan programer Google+ sedang menangani masalah ini. Sejumlah pengguna pun telah dihubungi, dan nama panggilan (nickname) itu akan ditambahkan di Google+ dan dilakukan pengecualian. Ini merupakan dedikasi terhadap sejumlah brands dan organisasi. (umi)
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini