Sempat berhenti karena
libur sekolah, perakitan Jabiru J430 yang dirakit siswa-siswi SMK 29 Jakarta
kembali dilanjutkan. Pengerjaannya kini dalam tahap finishing dan akhir bulan
diperkirakan sudah dapat dipergunakan.
Sebanyak 10
siswa-siswi SMK pagi itu terlihat sibuk menyelesaikan pengerjaan pesawat jenis
perintis itu. Sejauh ini 95 persen pengerjaan sudah dilakukan, sehingga akhir
bulan ini sudah bisa dilihat hasilnya. Selama pengerjaannya mereka diawasi Ir
Sugeng dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Salah satu siswa yang
mengerjakan pesawat tersebut yakni Maulana, pelajar kelas 3 AP 1 SMK 29
Jakarta. Dia mengaku senang dapat terlibat dalam proyek ini. Dia mengaku, ini
merupakan pertama kalinya dia merakit pesawat yang benar-benar bisa
terbang.''Sebelumnya belum pernah. Sebelumnya hanya maintence pesawat zodiak
yang nggak bisa terbang,'' tandasnya.
Maulana mengungkapkan,
sebelum merakit pesawat pabrikan Australia itu terlebih dahulu mereka belajar
dari maintenance manual yaitu buku panduan pesawat dari pabrik. ''Cuma satu
hari belajarnya, hari kedua langsung dikerjakan sekaligus dibimbing pak
Sugeng,'' tandasnya. Hari pertama praktek, ujarnya, sebelumnya dia melihat
perlengkapan (palat dan bahan,red) yang dirakit.
Kemudian melihat
marking report (tanda-tanda yang sudah diberikan dari pabrik, red). ''Setelah
itu dikerjakan sesuai maintenance manual,'' ungkapnya. Setelah itu baru lihat
bagian pesawat lainnya.''Selama dikerjakan harus lihat center line (garis
tengah pesawat, red) baru kemudian melevelkan pesawat agar benar-benar lurus.
Karena banyak yang harus dikerjakan, mereka dibagi-bagi dalam beberapa
kelompok.
''Misalnya tiga orang
untuk mengerjakan wheel (ban), leg (landing) ada pula yang mengerjakan seat dan
bagian lain sesuai tugas masing-masing. ''Instruktur juga membimbing bagaimana
cara pemasangannya. Misalnya memasang wing, stabilizer ada vertical stabilizer
ada horizontal stabilizer), kemudian ada ruder, elevator, aeleron, pasang
engsel, dan semuanya harus pas,'' katanya.
Semuanya ditempel
menggunakan bahan-bahan seperti resin hardener/katalis dan flok. ''Buat sesuai
perbandingan baru persiapkan seperti amplas, ukur presisi pemasangan, setelah
itu ditempel dan diamkan selama 24 jam,'' katanya. Pengerjaan dilanjutkan pada
flap yang letaknya dibagian bawah sayap. ''Selain itu juga persiapkan bagian
kokpit stick control, nose wheel, main wheel, sebagian juga dipainting terlebih
dahulu,'' ucapnya.
Maulana mengungkapkan,
selama praktek pengerjaan, selama seminggu mereka full mengerjakan pesawat
tersebut.''Mulai dari jam 07.00 sampai 15.00,'' tukasnya. Pada minggu kedua,
pelajaran dibagi menjadi setengahnya praktek sedangkan setengahnya lagi belajar
dikelas,'' tandasnya. Meski didampingi instruktur, Maulana mengaku mengalami
beberapa kesulitan.
''Kadang ada bagian
yang belum ngerti jadinya salah paham mengerjakannya. Jadi harus ulang lagi,''
imbuhnya. Maintenance manual yang berbahasa Inggris, akunya, juga menjadi
kendala karena dia harus menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih
dahulu. ''Kadang-kadang pengukurannya juga kurang presisi jadi harus diamplas
lagi,'' tambahnya.
Dengan menjalani
praktek semacam ini, ungkap Maulana, dia mendapat banyak manfaat.''Jadi tahu
ilmu baru. Jadi tahu bagaimana perakitan pesawat dan lebih disiplin,'' akunya.
Sementara itu, pesawat perintis Jabiru J430 yang rencananya diujicobakan di
sepanjang jalan Sudirman-Thamrin bakal menemui kendala berat.
Menurut Dirjen
Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti Gumay, meskipun
sifatnya percobaan, tetap sesuatu yang berhubungan dengan penerbangan harus
memenuhi standar ujicoba terbang. "Mana bisa jalan raya digunakan
landasan, standarnya kan berbeda, ngawur itu nggak mungkinlah," kata Herry
di Jakarta, Selasa (10/1).
Dia mengaku sempat
kaget mendengar ide Pemprov DKI Jakarta menerbangkan Jabiru J430 di Thamrin
saat Car Free Day. Menurut Herry, semua barang yang terbang terutama membawa
penumpang (pilot,co-pilot,dan dua penumpang) harus diterbangkan dengan prosedur
penerbangan yang sebenarnya meskipun itu ujicoba. "Di sepanjang
Sudirman-Thamrin itu ya gak layak, wong bukannya landasan pesawat terbang,
saran saya di Pondok Cabe, Halim, atau landasan yang benar-benar berstandar
untuk pesawat terbang," tuturnya.
Disebutkan, pesawat
perintis Jabiru J430 hasil rakitan para siswa SMK Negeri 29 Jakarta
diperkirakan mampu terbang hingga Bali dan Malaysia. Menggunakan bahan bakar
pertamax dan berkecepatan kurang lebih 130 knot, pesawat ini mampu menjangkau
jarak Jakarta-Surabaya dalam waktu tiga jam, hanya dengan 80 liter BBM
pertamax. Harga pesawat ini ditaksir mencapai Rp1,3 miliar. (vit)
Sumber :
www.indopos.co.id
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini