Islam adalah agama
terakhir yang Allah turunkan di dunia ini. Misinya untuk memuliakan dan
menyempurnakan akhlak manusia. Dan ini tercermin dari budi pekerti utusan-Nya
Muhammad SAW dan para Khalifah setelahnya.
Islam memiliki 5
Khalifah (pemimpin) terbaik yang dibanggakan sejarah dari masa ke masa.
Kehadiran mereka adalah untuk meneruskan kembali ajaran Nabi SAW. Mereka adalah
Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib
dan Umar bin Abdul Aziz.
Mereka berlima adalah
pelayan umat manusia sekaligus umat Islam. Mereka telah menjual diri mereka
kepada Allah untuk mengabdikan diri sepenuh kehidupan mereka sebagai pemimpin
sekaligus pelayan umat. Berkorban demi kemajuan Islam tanpa berharap materi
apapun dari perjuangan mereka, karena bagi mereka balasan sebenarnya hanya dari
sisi Allah di akhirat kelak.
Abu Bakar sebagaimana
yang digambarkan oleh DR Khalid Muhammad Khalid adalah sosok pencari Kebenaran.
Sejak muda, ia tidak seperti pemuda Arab kebanyakan yang keluar Makkah sekedar
berbisnis tanpa ada tujuan apapun. Abu Bakar selalu menyempatkan waktunya untuk
belajar kepada para Ahli Hikmah dalam menggapai kearifan hidup, sehingga tidak
mengherankan ia langsung menerima kenabian Muhammad disaat mayoritas warga
Makkah menolaknya. Tak hanya itu Abu Bakar juga berani menjadikan dirinya
tameng maut di saat mendamping Nabi hijrah ke Madinnah.
Semasa hidupnya, Abu Bakar
dikenal sebagai orang yang bersahaja, cerdas, mampu membedakan mana
urusan negara dan mana urusan pribadi. Pernah suatu ketika seorang rakyatnya
menjumpainya berdagang di pasar di jam-jam ia beristirahat dari pekerjaannya.
Padahal pada saat itu ia adalah seorang pemimpin/khalifah. Lalu rakyatnya
tersebut heran dan bertanya padanya: Bukankah negara (baitul Mal) membayar gaji
Anda dan menjamin nasib keluarga Anda, maka Abu Bakar menjawab: “Jabatan ini
amanah dari kaum muslimin kepadaku pribadi, Negara hanya wajib membayar gajiku
namun tidak bagi keluargaku, karena keluargaku adalah urusanku sendiri, dan
saat ini aku sedang mencari nafkah bagi keluargaku.” Luar Biasa! Sebuah
pemandangan yang bisa dibilang sangat langka ditemui pada diri pemimpin saat ini.
Inilah gambaran sosok seorang sahabat Muhammad yang menjadi khalifah pertama
dalam Islam.
Begitu juga Umar, tak
bisa dipungkiri kalau ia dikenal berwatak keras, keras. Beliau sangat keras
(istiqamah) dalam menjalankan islam. Meskipun dalam banyak hal yang tidak
diketahuinya, beliau terlebih dahulu meminta fatwa dari pada sahabatnya yang
lebih alim sebelum memutuskan dan menjalankan suatu urusan. Di zamannya
sosialisme begitu kental, tak ada kesenjangan yang berarti antara pejabat
negara dengan rakyatnya. Karena ia mendidik para pejabatnya dengan sikap zuhud
(hidup berkecukupan, bersyukur dan berpuas diri dengan apa yang ada) sehingga
KKN sedikitpun tak berani menampakkan batang hidungnya.
Dalam menjalankan roda pemerintahanya beliau selalu tampil bersahaja, pernah suatu ketika utusan Romawi mendatangi Madinah ingin bertemu dengan pimpinan Islam saat itu, lalu ia diberitahu bahwa Pemimpin Islam (Amirul Mukminin) sedang berada di masjid. Ketika ia sampai di masjid ia hanya mendapati seseorang yang sedang duduk di atas hamparan tikar kasar. Tiba-tiba utusan itu bertanya: Mana rajamu? Salah seorang kaum muslimin menjawab: “itu yang sedang duduk di sana!” Alangkah terperanjatnya utusan itu melihat kedudukan raja islam yang mirip rakyat jelata. Ini jelas bertolak belakang dengan raja Romawi yang duduk di atas singgasana mewah dalam sebuah kerajaan yang mewah. Suatu pemandangan yang sangat menakjubkan!
Dalam menjalankan roda pemerintahanya beliau selalu tampil bersahaja, pernah suatu ketika utusan Romawi mendatangi Madinah ingin bertemu dengan pimpinan Islam saat itu, lalu ia diberitahu bahwa Pemimpin Islam (Amirul Mukminin) sedang berada di masjid. Ketika ia sampai di masjid ia hanya mendapati seseorang yang sedang duduk di atas hamparan tikar kasar. Tiba-tiba utusan itu bertanya: Mana rajamu? Salah seorang kaum muslimin menjawab: “itu yang sedang duduk di sana!” Alangkah terperanjatnya utusan itu melihat kedudukan raja islam yang mirip rakyat jelata. Ini jelas bertolak belakang dengan raja Romawi yang duduk di atas singgasana mewah dalam sebuah kerajaan yang mewah. Suatu pemandangan yang sangat menakjubkan!
Adapun Utsman bin
Affan, beliau adalah sosok dermawan yang lembut, murah hati dan pengasih.
Kelebihannya ini sayangnya dikemudian hari menjadi cobaan dari Allah baginya,
terutama dalam menghadapi fitnah-fitnah yang diperbuat keluarganya yang
menyalahgunakan jabatan.
Kesewenang-wenangan
keluarganya tentu saja berimbas pada kesejahteraan kaum muslimin, bahkan mereka
dengan berani menjadikan Utsman sebagai tameng atas perbuatan mereka. Inilah
yang memancing reaksi keras dari kaum muslimin kepada Utsman bin Affan.
Meskipun begitu
sumbangsih Utsman terhadap Islam sangat berarti: pertama; di zaman Nabi, ia
adalah satu-satunya donatur yang membiayai pasukan jihad (jaisyul usrah) kaum
muslimin dalam melawan imperium Romawi di saat kondisi keuangan yang sangat
sulit: kedua; ia pahlawan bagi kaum muslimin yang kehausan, di saat musim
kering melanda. Sumur itu hanya dimiliki seorang Yahudi, maka Utman lah
yang membeli sumur itu dan memberikannya untuk kaum muslimin. Ketiga; Utsman
adalah penggagas awal lahirnya angkatan laut Islam. Keempat; dan yang tak boleh
dilupakan sama sekali, Utsman adalah penghimpun Alquran dalam satu mushaf.
Adapun Ali bin Abu
Thalib adalah sepupu Nabi sekaligus menantunya. Ali adalah anak didik
Rasulullah, ia beriman setelah Khadijah beriman. Adalah sebuah kenikmatan
ketika ia banyak mempelajari Islam dari orang yang satu rumah dengannya.
Sehingga ia dikenal dengan ahli fikih dan juga ahli quran serta mewarisi
keindahan retorika dialektika/balaghah dari Rasulullah. Bahkan dari sekian
sahabat ia lah yang dipilih Rasulullah untuk dinikahkan dengan putrinya
Fatimah.
Di saat perang Khaibar
ia lah yang dipilih Rasulullah untuk memimpin kaum Muslim dalam menembus
benteng tersebut yang dengan izin Allah Gerbang benteng Khaibar dapat terangkat
oleh kedua tangannya, padahal pada saat itu kekuatan 30 orang saja tidak ada
yang mampu mengangkatnya. Dan yang tentu saja membuat ia lebih utama adalah
tatkala ia membawa surat baraah (At-Taubah), padahal saat itu surat itu sudah
ditangan Abu Bakar. Inilah dia khalifah keempat umat islam yang sangat tangguh
dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam hidup.
Umar bin Abdul Aziz
adalah keturunan Umar bin Khathab dari pihak Ibu adapun dari Ayah ia adalah
keturunan Umayyah (kakek Muawiyah bin Abi Sufyan). Umar hanyalah kelas ketiga
dalam kerajaaan Umawi karena ia bukan keturunan Abdul Malik (khalifah Umawiyah)
melainkan anak dari Abdul Aziz (Gubernur Mesir) yang merupakan adik dari Abdul
Malik yang ditugaskan di Mesir.
Dan dalam menjalankan
roda pemerintahannya Umar melanjutkan kembali tradisi kakeknya moyangnya, yaitu
Umar bin Khaththab, hidup bersahaja sebagai khalifah dan selalu memprioritaskan
rakyatnya lebih dari apapun, sehingga tidak mengherankan di zaman Umar bin
Abdul Aziz hampir tidak ditemukan orang miskin dan juga orang bodoh yang tidak
sekolah karena tata kelola pemerintahannya yang begitu bijaksana dan adil.
Namun dibalik kesejahteraan rakyatnya tersebut Umar tetaplah Umar yang dulu
tidak silau dengan harta duniawi. Bahkan diceritakan bahwa diakhir penugasannya
sebagai khalifah; saat dimana adik iparnya mengambil kembali mahkota kekuasaan
ayahnya, ia meminta izin kepada keluarga kerajaan mengungsi keluar dari istana
hidup dan bersahaja sebagai rakyat biasa pada umumnya hingga ia berpulang ke
pangkuan Tuhannya.
Buku “Best of the
Best” ini tidak hanya mengupas lengkap biografi kehidupan mereka berlima, namun
lebih dari itu mengupas dalam-dalam sisi-sisi kemanusiaan mereka yang agung.
Yang takkan Anda temukan pada diri pemimpin-pemimpin lain selain mereka dari
masa ke masa. Dan seluruh sumber kebijaksanaan manusia sejati sebagai pemimpin
tak salah rasanya kami katakan ada di buku ini melalui diri mereka berlima.
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini