KOMPAS.com - Dua
penelitian terhadap minat belajar matematika kepada anak Indonesia ternyata
menghasilkan kesimpulan miris. Rata-rata penguasaan matematika pelajar kelas 2
SMP di Indonesia tidak meningkat dalam lima tahun terakhir dan ada indikasi
bahwa kebijakan pendidikan di Indonesia tidak membuatnya lebih baik.
Data tersebut datang
dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007
serta Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2009.
Keduanya merupakan studi terpisah dengan metodologi yang berbeda atas sampel
yang berbeda terhadap pelajar di Indonesia. Tujuannya untuk perbandingan atau
benchmarking literasi matematika di berbagai negara di dunia.
Untuk TIMSS, Indonesia
mencapai hasil 397 dan terletak di antara negara benua Afrika seperti Bahrain
dengan 398 poin, Mesir dengan 391 poin, atau Iran dengan 403 poin. Negara Asia
Tenggara yang paling dekat adalah Malaysia dengan 474 poin sementara lima besar
peringkat itu diduduki oleh negara Asia lain yakni Taiwan dengan 598 poin,
Korea 597 poin, Singapura 593 poin, Hongkong 572 poin, serta Jepang 570 poin.
Perolehan tersebut
akan lebih miris sewaktu dibandingkan dengan hasil TIMSS yang muncul empat
tahunan, justru terlihat penurunan yakni 403 poin pada tahun 1999, 411 poin
pada 2003 dan anjlok menjadi 397 poin pada tahun 2007.
Kesimpulan yang mirip
juga ditampilkan dari hasil penelitian PISA untuk membandingkan jumlah siswa
yang literasi matematika di bawah tingkat 2 selama tahun 2003 dibandingkan
dengan tahun 2009. Ternyata, Indonesia memiliki persentase tertinggi yakni 76 persen
dan tidak banyak berubah dalam enam tahun selanjutnya.
"Padahal, ada
penelitian yang menyimpulkan bahwa anak yang penguasaan matematika di bawah
level 2 bakal sulit hidup di abad 21 ini," kata Guru Besar Matematika dari
Institut Teknologi Bandung, Iwan Pranoto, di Bandung, Rabu (4/4).
Penelitian dari PISA
lebih lanjut menampilkan grafis mengenai populasi orang yang menguasai
matematika tingkat 5 dan 6. Orang yang memiliki pemahaman di tingkat itu secara
statistik bakal menjadi pemimpin di dunia dan aktif pada posisi pengambilan
keputusan. Hasilnya, populasi dari Indonesia menunjukkan angka 0. Iwan berujar
bahwa Indonesia bakal sulit bersaing secara statistik dalam kancah global.
Dengan data tersebut,
lanjut Iwan, seharusnya pemerintah bisa bergerak cepat dan merumuskan kebijakan
merevolusi sistem pendidikan di Indonesia. Dia balik bertanya sewaktu ditanya
mengenai hasil Ujian Nasional yang terus membaik setiap tahun, karena dua
indikator ternyata berkata sebaliknya.
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini