Kehidupan modern yang
serba cepat, instan dan praktis, cenderung membuat kita melakukan sesuatu tanpa
memikirkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.
Contoh, pernahkan terpikir
oleh kita, berapa banyak batang pohon yang ditebang untuk memroduksi kertas?
Berapa banyak energi listrik atau air bersih yang digunakan? Berapa banyak
bahan bakar yang dikonsumsi untuk menjalankan mesin-mesin pabrik dan mengirim
kertas sampai ke tempat tujuan? Belum lagi dampaknya terhadap habitat satwa
yang hilang karena kerusakan hutan.
Seberapa besar keyakinan
Anda bahwa sumber daya alam dunia, khususnya minyak bumi, masih banyak
tersedia? Sadarkah bahwa mayoritas produksi listrik dunia masih menggunakan
bahan bakar fossil, terutama batu bara?
Dalam banyak kasus,
penambangan batubara tidak hanya merusak lingkungan, namun juga menyumbang
emisi CO2 yang sangat besar. Maka dari itu, penulis suka pusing melihat
pembangunan mall, apartemen, hotel dengan segala kemewahannya, tapi menyedot
listrik yang sangat besar!
Berapa banyak barang
elektronik yang Anda miliki? Sudahkah digunakan secara optimal? Menggunakan
banyak peranti canggih (gadgets) tanpa memaksimalkan fungsinya sama saja dengan
membuang-buang listrik karena peranti canggih ini tetap harus diisi dayanya.
Soal air bersih. Dari yang
pernah penulis baca, hanya 1% air bersih yang dapat kita pakai untuk keperluan
kita sehari-hari. Untuk masak? Penting. Untuk mandi? Penting. Untuk cuci
pakaian? Penting. Namun kita juga harus berbagi air bersih dengan para
pengembang perumahan misalnya, dengan pabrik, salon dan spa, pebisnis kuliner,
pebisnis pakaian dan lain-lain. Dan bukan hanya manusia yang butuh air bersih,
seluruh makhluk hidup memerlukannya.
Banyak dari kita membeli
sesuatu yang jauh melebihi dari apa yang kita butuhkan. Masyarakat kelas
menengah Indonesia terus tumbuh. Mereka hidup cukup dan berpendidikan. Lalu
mengapa untuk menahan ego dan hidup bersahaja terlihat sulit?
Oh, mungkin ini soal
panggilan hati ya? Tapi kapan? “If not us then who? If not now, when?” Itu
kalimat dari mendiang seorang presiden ternama. Mau nunggu sampe maskeran
karena udara sudah penuh dengan polusi? Atau nunggu air bersih habis?
Bencana alam semakin
sering terjadi. Inilah kuncinya. Fenomena alam seharusnya bisa menjadi
pengingat bagi kita semua. Tidak usah ngedumel soal macet, banjir,
panas, kotor, dan lalalalilili. Karena semua penyebabnya hanya satu, siapa
lagi kalau bukan manusia. Kita semua.
Masih optimis dengan jalan
alternatif yang bisa dipakai saat waktu sudah mepet? Penulis sangsi. Indonesia
dikenal dengan kebiasaan nabrak dulu baru cari solusi. Krisis ketahanan pangan
nasional juga sudah menjadi isu sejak lama. Beras impor? Mayoritas penduduk
Indonesia mengonsumsi makan nasi. Kedelai impor? Tahu dan tempe merupakan
sumber utama protein nabati. Namun semua masalah ini masih belum teratasi.
Kembali ke pribadi
masing-masing. Mari beralih ke gaya hidup yang berkelanjutan. Pengertiannya
adalah mengubah cara kita dalam menggunakan sumber daya alam. Mengurangi jejak
karbon dari sisi penggunaan transportasi, energi dan pola makan kita.
Permasalahan yang kita
hadapi saat ini sangat kompleks. Dan kita tidak punya banyak waktu. Kita
sendiri yang harus bersiap menanganinya. Susah kalau terus berharap pada
pemerintah. Dengan berbagai macam aktivitas yang kita lakukan, kita harus
menyadari bahwa kita semua, masih hidup dalam planet yang sama.
Siap untuk melakukan aksi
nyata? Banyak aksi yang bisa kita lakukan. Dalam bidang pangan misalnya. Anda
bisa menanam pangan Anda sendiri. Dengan begitu Anda akan lebih dekat dengan
alam. Kurangi lemak. Konsumsi sayuran lebih banyak. Terapkan pola pertanian
organik yang bebas pestisida yang selain berdampak positif bagi tanah, air dan
udara, juga pada kelestarian habitat hewan liar, seperti lebah penyerbuk dan
serangga.
Soal air bersih! Tampung
air hujan dalam wadah terpisah. Gunakan untuk menyiram tanaman dan
keperluan-keperluan lain. Lakukan praktik daur ulang. Ciptakan rumah yang ramah
lingkungan. Hemat dalam konsumsi pangan dan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai
penutup aurat dan pelindung tubuh. Namun seberapa penting sih sebenarnya
mengikuti mode yang terus berubah? Nga gaya, nga bakal mati kok. Kecuali kalau
kita kehabisan air bersih dan pangan.
Masalah kesehatan. Beralih
ke pengobatan alami yang tidak hanya bisa menyembuhkan diri Anda namun juga
menyembuhkan lingkungan sekitar Anda. Terakhir, sepanjang umur kita, mari kita
tinggalkan semua perilaku buruk yang merusak sumber daya alam dan spesies di
muka bumi, termasuk manusia.
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini