Konsumsi Lemak Indonesia Tergolong Buruk

MESKI secara kuantitas konsumsi lemak masyarakat Indonesia sudah dirasakan cukup, ternyata secara kualitas ternyata masih kurang baik. Hal itu disebabkan terutama dengan meningkatnya konsumsi lemak dari makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti makanan siap saji dan gorengan.

Hal itu diutarakan Dr. Ratna Djuwita dari FKMUI berdasarkan hasil penelitian studi cross sectional mengenai asupan nutrien, yang dilakukan pada empat etnik di Indonesia yakni Minangkabau, Sunda, Jawa, dan Bugis serta Penelitian Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2007 oleh LitBangkes.

"Sementara itu, yang mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) yang mengandung lemak esensial omega-3 dan omega-6 masih sangat kurang. Jumlah SAFA (lemak jenuh) yang dikonsumsi di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang direkomendasikan,” kata Dr. Ratna pada seminar bertema Promosi Gizi Seimbang pada Sabtu (18/6) di Hotel Acacia, Jakarta Pusat.

Kemudian, Dr Ratna pun menekankan agar kita lebih mengenal jenis lemak yang dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan anak. Adapun lemak terdiri atas asam lemak jenuh (SAFA), lemak trans (TFA), dan asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam lemak tidak jenuh ikatan ganda (PUFA) dan asam lemak tidak jenuh ikatan tunggal (MUFA).

PUFA dikategorikan sebagai lemak baik terhadap kesehatan terdiri atas asam lemak esensial Omega-3 dan Omega-6. Keduanya disebut lemak esensial karena tidak dapat diproduksi oleh tubuh kita sendiri.

Lemak esensial ini memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anda pun bisa dengan mudah mendapatkan lemak ini dengan mengonsumsi makanan seperti ikan laut seperti salmon, tuna, tenggiri, dan tongkol, kemudian kacang-kacangan seperti almon dan kedelai, lalu biji-bijian seperti biji bunga matahari, minyak nabati, dan margarin.