Matematika :

Jul 6, 2011

Guru Profesional Versus Guru Sejati

UPAYA peningkatan pemerintah terhadap kualitas pendidikan di Indonesia telah berproses dari waktu ke waktu. secara umum, kualitas pendidikan yang menjadi sorotan utama adalah para pendidik atau guru pengajar di pendidikan formal (sebagiannya pada pendidikan non formal). Dari para pendidik dibutuhkan guru yang handal dan profesional dalam mengajar dan mendidik siswa-siswinya. Karena apalah artinyapendidikan ini jika tidak diemban oleh mereka yang ahli (profesional) dalam bidangnya hanya akan menghasilkan kegagalan tujuan pendidikan Nasional, yakni mencerdaskan anak bangsa tidak akan terwujud.
Sekarang ini, mulai dekade terakhir, semua lapisan masyarakat telah hampir 70% dari berbagai tingkatan, mengetahui bahwa pemerintah mencanangkan guru sertifikasi. Khususnya untuk meningkatkan taraf hidup atau kualitas guru lebih profesional dalam mengajar dan mendidik anak-anak didiknya (siswa) agar lebih orientalis dan maju. Dilihat dari segi filosofis pendidikan, bahwa pendidikan merupakan sebuah cara untuk menjadikan manusia lebih maju dalam menjalani kehidupan, artinya kehidupan sekarang yang sedang dijalani anak didik dan kehidupan masa depannya yang akan dijalaninya. Dengan kata lain, pendidikan berorientasi pada taraf hidup masyarakat luas yang lebih modern, dinamis dan bermoral mulia yang akhirnya dapat memberikan sumbangsih kepada bangsa, agama serta masa depan umat pada umumnya.
Dari sisi keilmuan, seorang pendidik (guru) dalam menyampaikan ilmunya kepada pelajar haruslah guru yang kompeten dalam bidangnya. Oleh karena itu, tak cukup mereka hanya lulusan sekolah tingkat atas (SMA dan sederajat) akan tetapi lebih mumupuni lagi kalau ia menamatkan di perguruan tinggi. Hal ini telah menjadi persyaratan mutlak bagi para pendidik karena adanya perkembangan zaman yang terus maju yang harus dikelola dengan sebaik mungkin untuk kepentingan dan kebaikan, baik di masa kini maupun masa depan yang lebih cerah untuk semua lapisan masyarakat.
Untuk memenuhi hal ini, seorang guru tak hanya cukup menamatkan Diploma 2 (D2) melainkan harus Setrata 1 (S1) untuk mengajar, baik dari tingkat dasar maupun di tingkat lanjutan. Karena S1 akan memudahkan ia untuk menjalani proses sertifikasi yang telah digalangkan oleh pemerintah dengan tujuan dan harapan utamanya guru-guru lebih profesional dalam mendidik agar kebutuhan pendidikan juga hasil daripendidikan itu nyata baik di saat ini, ketika anak didik menjalani proses sekolahnya, maupun masa depan anak didik yang lebih jelas.

Profesionalisme keguruan sebagian lagi lebih mudah diraih (baca_lulus sertifikasi) dengan menjadi guru ideal atau memiliki penghargaan nasional dari pemerintah, karya-karya dan lain sebagainya. Bahkan mereka memasuki kuota tanpa diminta. Lebih dari itu adalah bagi mereka juga yang menyelesaikan jenjang pendidikan S2 atau S3 yang sesuai dengan jurusan sebelumnya langsung dapat masuk sertifikasi dengan amat mudah hanya dengan syarat ia memiliki jam mengajar, itu saja. Hal ini dimungkinkan karena mereka secara nyata keilmuannya telah dianggap mampu untuk menjadi guru profesional dengan dalih telah menamatkan S2 atau S3, dengan begitu sangat pantas untuk masuk sertifikasi guru dengan mudah tidak banyak syarat seperti pada yang masih S1 saja.

Orientasi yang Keliru

Pada sisi lain, seorang guru yang telah memenuhi standart sertifikasi dan dinyatakan lulus maka secara finansial diberikan kesejahteraan lebih dari pemerintah dinas pendidikan dengan jumlah yang tidak sedikit. Dengan adanya penambahan kesejahteraan finansial ini, sangat ironis sekali karena inilah yang menjadi motivasi utama para pemburu sertifikasi, bahkan tak jarang dari mereka yang memanipulasi kondisi sebenarnya. Yang seharusnya persyaratan sertifikasi adalah masa kerja lima tahun, alokasi mengajar 24 jam, mereka siasati dengan menjadikan pada berkas-berkas sertifikasi sesuai dengan persyaratan. Padahal, bisa jadi masa kerja dan alokasi mengajarnya belum sesuai dengan persyaratan. Hanya untuk mengejar sertifikasi untuk mendapatkan tambahan kesejahteraan finansial (tunjangan dari pemerintah), tapi di lain sisi ia tidak begitu menghiraukan profesionalis dirinya sebagai pengajar dan pendidik.

Masalah profesionalis keguruan melalaui sertifikasi selama ini masih dianggap oleh beberapa golongan pendidik yang orientasi utamanya adalah tunjangan finansial lebih tinggi dari gaji pokok yang ia terima dari instansinya. Dan pada kenyataannya sesuai dengan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru. Akan tetapi, tetaplah yang terpenting adalah kualitas keguruannya sebagai pengajar sekaligus pendidik yang kompeten untuk mejadikan siswa dapat hidup mandiri dan dinamis, serta berhasil di masa depannya. Ironisnya yang terjadi selama ini adalah kesalahan orientasi. Sebagian besar mengira dengan sertifikasi pasti akan diberikan jatah tunjangan dari pemerintah, padahal semestinya adalah profesi dan mutu keguruannya juga lebih ditingkatkan, baik itu dari metode mengajarnya, perhatiannya kepada anak didik, harapan ke depannya, bahkan dapat menjadikan anak didik yang paling susah di ajarpun bisa belajar dengan baik dengan metode dan penerapan guru yang handal.
Hal semacam ini agaknya sulit dilaksanakan oleh semua guru, lebih-lebih jika menangani kasus kenakalan siswa yang diluar batas. Padahal dengan sertifikasi tentunya keahlian mengajar dan mendidik labih tinggi dari pada yang belum disertifikasi. Pada kenyataannya, masih banyak guru yang sudah mengemban sertifikasi tapi metode pengajaranya masih sama sebelum ia tersertifikasi. Sangat disayangkan sekali. Dan hal yang terjadi adalah tingkat keberhasilan mengajar dan mendidiknya belum ada hasil yang signifikan. Ini dapat dilihat dari keseharian anak didik dalam menjalani kehidupannya yang masih belum mencerminkan dirinya sebagai pelajar yang teladan, namun masih memperlihatkan sosok brutal dan kejelekan moral lainnya.
Di kesempatan lain, memang ada sebagian siswa yang mengalami kemajuan di bidang akademiknya, namun jika dilihat lebih jauh itu hanya terjadi pada siswa yang memang sebelumnya tergolong anak yang baik. Tetapi jarang sekali pada anak-anak atau siswa yang, katakalah golongan bermoral belum baik, masih belum ada perubahan dari hari ke hari. Yang ada hanyalah senda gurau ketika guru mengajar, ramai, gaduh, tidak menghormati guru dan lain sebagainya, bahkan masih ada kasus guru dilaporkan siswa ke polsek. Yang menjadi pertanyaan “bagaimana masa depan anak didik nanti jika sekarang seperti ini”, bukankah masa depan itu ditentukan mulai hari ini. Tapi jika hari ini masih seperti ini masa depannya dapat diprediksi belum ada kesuksesan dan keberhasilan hidup yang layak.
Kejadian semacam ini telah menunjukkan betapa belum berhasilnya guru-guru, khususnya guru sertifikasi, dalam mendidik siswa. Bahkan ironisnya, para guru hanya cemberut dan tidak kuasa untuk menangani siswa yang bermasalah seperti itu. Padahal, guru ditugaskan untuk mendidik, mengajar, mengatasi masalah, problem solving siswa, memotivasi, menginspirasi, mengarahkan, yang tak hanya kepada anak yang penurut tapi juga kepada anak yang bandel sekalipun dapat luluh hatinya untuk bisa belajar dengan giat demi memperbaiki nasib hidupnya dan masa depan yang terjamin. Tidak harus dengan kekerasan bahkan paksaan, melainkan dengan ketegasan dan suri tauladan yang baik, serta beberapa pendekatan yang dapat menjadikan anak didik menganut dan memahami apa yang kita inginkan. Ini adalah tugas guru dan juga orang tua.
Pandangan Profesionalisme Keguruan
Pentingnya seorang guru yang profesional dalam mengajar dan mendidik bertujuan untuk masa depan anak, bahkan tak hanya masa depan yang menjadi harapan, masa kinipun artinya ketika seorang pelajar masih dalam menjalani proses belajar mampu untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab atas permasalahan yang muncul dalam problematikanya.
Seorang pengajar dan pendidik yang profesional mampu untuk mengembangkan pola pembelajaran yang aktif revolutif atinya selalu mengadakan inovasi dalam pengembangan pendidikan baik secara mikro maupun makro. Secara mikro artinya mampu untuk mengedepankan siswa menjadi sosok berkepribadian tangguh dan berani menatap masa depan. Secara makro artinya seorang pendidik sangat ikut andil dalam pengembangan pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah secara umum yakni ikut memajukan dan membangun bangsa lebih dinamis dan berkualitas dari segi SDM, budaya, dan mencetak SDM yang mampu mengelola SDA dengan benar sesuai realita kehidupan.

Hal semacam ini sesungguhnya juga sejalan dengan pandangan seorang pendidik sejati. Dalam pandangan yang lebih konprehensif, guru profesional juga menyandang prediket guru sejati. Pandangan ini didasarkan pada tugas guru yang secara hakiki adalah amat mulia, oleh sebab itu ia dapat dipandang sebagai sosok yang ideal di mata anak didik dan orang tua siswa sekaligus masyarakat. Karena dengan ia menjadikan masyarakat lebih maju dan dinamis, serta menjadi pengungkit masa depan bangsa yang menjanjikan.
Nilai keikhlasan dan kesabaran yang terpatri pada jiwa guru sejati, yang kerjanya tidak pernah memiliki orientasi uang. Meskipun hal itu dibolehkan, tapi bagi mereka uang bukan tujuan dalam mengajar dan mendidik, namun umumnya mereka mencari solusi lain dalam mencukupi ekonomi keluarga. Dalam pekerjaan mengajar dan mendidiknya selalu dilaksanakan dengan jiwa-jiwa mulia dan suci karena tahu persis profesinya ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Menurut Imam Al-Ghozali dalam kitab ayyuhal walad, bahwa pendidik (guru) adalah profesi paling mulia karena ia merupakan jembatan antara manusia dengan Tuhannya. Tidak ada profesi lain yang semulia ini. Karena tanpa dia (guru sejati) maka manusia akan belajar tanpa ada bimbingan yang jelas.

Orientasi Guru Sejati
Guru sejati menyiapkan masa depan siswa dengan sangat jelas, ditambah dengan jiwa mulia dan suci yang ada dalam dirinya. Jiwa suci ini akan merambas dan mempengaruhi siswa menjadi pribadi siswa yang penuh ketaatan dan mandiri. Dengan corak seperti ini, pendidikan yang dilaksanakan akan membuahkan hasil yang signifikan. Bukan hanya pada anak didik yang tergolong penurut tapi juga sampai pada anak didik yang sulit dikendalikan.

Perlunya seorang guru sejati dalam kehidupan ini, pada hakikatnya sangat dibutuhkan pada setiap anak didik karena setiap jiwa manusia pada dasarnya sangat menginginkan kebaikan dari seorang yang tulus dan menjadi teladan dalam kehidupan. Terlebih siswa. Oleh sebab itu, orientasi seorang guru yang profesional haruslah juga mengarah pada sosok guru sejati. Karena toh, istilah guru profesional tidak lebih modernisasi dari istilah “sejati”. Jadi, sosok sebenarnya yang seharusnya ada pada guru adalah guru yang benar-benar menjadi idola anak didik, yang mengajar mata pelajaran sesuai yang telah diatur dalam kurikulum, dan yang lebih utama lagi ialah mencerahkan mereka, memberi bimbingan mereka, menyiapkan masa depan mereka.
Menejemen Guru Sejati
Pembentukan guru profesional yang sejati, dibutuhkan aplikasi kesadaran yang mendalam dari setiap pendidik, yang kemudian direfleksikan dalam realita. Harus mampu memahami setiap karakter dan psikologi siswa secara umum, lebih-lebih secara khusus dengan tujuan untuk melihat sosok siswa labih dekat dan menjadi modal untuk menyentuh kepribadiannya. Mengenal lebih dekat juga sangat penting dalam ranahpendidikan seperti ini.

Selain itu, seorang guru yang menjadi ideal, sosok guru yang menjadi figur di mata siswa tak hanya soal administrasi yang harus dipenuhi tetapi juga trik, metode jitu serta yang tidak kalah penting adalah jiwa-jiwa mulia, penuh wibawa, santun, tegas dan ikhlas. Dengan menjadi guru yang memiliki karakter semacam ini akan dikenang sepanjang masa oleh anak didik bahkan oleh masyarakat dan bangsa. Jadi, guru dikatakan sejati dan profesional ia akan selalu dikenang sangat berjasa pada diri siswa sepanjang masa.
Cita-cita Bangsa
Menilik lebih jauh dunia pendidikan saat ini, sebetulnya mejadi harapan penting untuk visi bangsa ini, di mana para penduduknya memiliki corak kehidupan yang madani yang memiliki fasilitas kehidupan serta makna hakiki dalam realita. Sebagaimana yang dicanangkan program pemerintah Indonesia yaitu Indonesia Emas 2020 (sebagian mengatakan 2015), entah ini akan terwujud atau tidak tergantung persiapan masa kini ke arah sana.

Adanya guru profesional yang sejati sangat dibutuhkan di semua lapisan masyarakat, tak hanya guru yang mengajarkan mata pelajaran setiap hari, melainkan pula guru yang dapat membentuk karakter dan mengarahkan masa depan siswa sesuai dengan tujuan hidup yang mulia. Inilah yang menjadi harapan semua orang sekaligus tantangan yang selayaknya disanggupi para guru.


Sumber : 
 

No comments:

Post a Comment

Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini

 

© Copyright yusuf blog 2010 -2011 | Design by Yusuf Blog | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...