Matematika :

Jul 3, 2011

WANITA DAN STRESS

Setiap orang pernah mengalami stres. Hanya, responsnya berbeda-beda. Jika dibandingkan dengan pria, wanita lebih emosional. Karenanya, lebih rentan terkena stres. Lalu, bagaimana agar bisa berdamai dengan stres? 

WANITA RENTAN STRES?

Psikolog dari Universitas Gunadharma, Ira Puspitawati, membenarkan, “Secara fisik, wanita selalu mengalami perubahan hormon. Tetapi, kemampuan adaptasinya lebih baik dalam menghadapi tekanan dibanding pria.” Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Naomi G.Swanson, peneliti dari National Institute for Occupational Safety and Health, 60% wanita bekerja di Amerika Serikat mengaku penyebab stres nomor satu mereka adalah pekerjaan. 

Mengenai hal ini, konsultan dari Experd, Yuni Lasti Faulinda, berpendapat, pada wanita bekerja, tingkat stres lebih tinggi dibandingkan dengan wanitdalam masyarakat, di mana wanita bekerja juga harus memikirkan urusan keluarga dan anak-anak, ada tuntutan wanita harus menjadi supermom. Itu yang membuat wanita lebih rentan stres ketimbang pria.” 

THE SILENT KILLER
 
Dampak stres tidak hanya terkait dengan gangguan kejiwaan dan emosi saja. Para ahli menemukan, stres juga berdampak pada kesehatan fisik. Seperti yang ditulis oleh Dr. Esther Sternberg dalam bukunya yang berjudul The Balance Within: The Science Connecting Health and Emotions. Stres memicu tekanan darah, meningkatkan kadar adrenalin dalam aliran darah, penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi. 

Ada baiknya kenali rambu-rambu ketika stres Anda masuk pada zona yang patut diwaspadai. Pertama, gejala psikologis, adanya perasaan frustrasi, lekas marah, murung, kecewa, dan perasaan tidak berdaya. Kedua, gejala fisik, seperti sakit kepala, tanda psikosomatis seperti mual dan maag, serta tanda fisiologis, seperti tekanan darah yang tinggi, jantung yang berdebar-debar, dan tingginya kadar kolesterol. Ketiga, gejala perilaku, ditandai oleh berkurangnya produktivitas kerja serta perilaku berlebihan, seperti makan berlebihan, tidur berlebihan, dan sebagainya. Keempat, gejala sosial, ditandai dengan melakukan isolasi, baik terhadap anggota keluarga maupun masyarakat. Kelima, gejala sikap, ditandai oleh adanya sikap negatif, pesimistis sinisme, dan apatis,” jelasnya.

Kalau Anda memiliki salah satu saja dari gejala-gejala tadi, maka saatnya Anda harus segera waspada. Yuni menyarankan, “Segera ambil waktu untuk liburan, sekadar untuk beristirahat atau berkumpul bersama keluarga.

JUGA ADA POSITIFNYA

Kendati demikian, tak perlu risau pada serangan stres, hingga menghindari tantangan atau pekerjaan. Mereka yang memilih wiraswasta di rumah, orang kaya, atau ibu rumah tangga juga bisa stres. Asal bisa mengelola emosi dengan baik, memiliki penyaluran yang positif dan hidup seimbang, stres bukan lagi momok yang harus ditakuti.

Kalau stres sudah menghampiri, Yuni menyarankan, “Cobalah untuk melihat stres sebagai sesuatu yang dapat diatasi daripada sesuatu yang menguasai diri Anda. Tak harus menemui psikiater atau mengonsumsi obat-obatan klinis yang bersifat antidepresan semisal prozac. Ira memberi resep, kuncinya adalah hidup seimbang dan sesekali memberi waktu untuk diri sendiri.

Orang yang bisa memberdayakan diri, akan bisa mengelola emosinya secara cerdas. Dia tidak akan mengalami disorientasi, bimbang tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau yang tidak boleh dilakukan. Pada tahapan ini ia bisa menaklukkan stres, yang menghampirinya setiap hari.

No comments:

Post a Comment

Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini

 

© Copyright yusuf blog 2010 -2011 | Design by Yusuf Blog | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...