Teori motivasi
kompetensi menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk
menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Motivasi belajar pada
siswa misalnya merupakan dorongan internal ke tingkah laku yang membawanya ke
arah kemampuan dan penguasaan.
Guru dapat meningkatkan
motivasi kompetensi siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga unjuk
kerja siswa dapat berubah, dan siswa dapat mengontrol prestasinya. Ini dapat
dilakukan dengan jalan 1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat diri
sendiri secara objektif; 2) menyesuaikan tingkat kesukaran tugas dengan
kemampuan siswa, sehingga siswa mempunyai harapan untuk berhasil; 3) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan tugas yang mempunyai nilai tinggi dan
membangkitkan minat; 4) tugas disesuaikan dengan minat dan pengalaman siswa
sebelumnya; 5) materi matematika yang disajikan disusun dan diberikan
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian dan mengikutsertakan siswa; 6)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penguatan pada diri sendiri
atas usaha dan ketahanannya.
Berdasarkan
beberapa teori motivasi yang telah dijelaskan di muka, di bawah ini diberikan
saran-saran bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi siswanya .
1)
Setiap
materi matematika yang dipelajari perlu dibuat menarik, misalkan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari contoh-contoh keterkaitan atau
penggunaan matematika yang sesuai dengan realitas kehidupan atau mata pelajaran
lain. Bahkan, jika memungkinkan mencari sumber yang memuat sejarah singkat para
tokoh matematika.
2)
Setiap
proses pembelajaran diusahakan membuat siswa aktif, yaitu dengan mengajak siswa
menemukan atau membuktikan sesuatu, dan sedapat mungkin berguna. Sebagai
contoh, dengan disediakan gelas ukuran, beberapa tabung dan beberapa bola
berongga - dengan berbagai ukuran, dan air secukupnya, siswa diajak menemukan
atau membuktikan volum tabung dan bola.
3)
Menerapkan
teknik-teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras,
seperti: pujian dan persetujuan, peragaan, dan memberikan komentar pada
pekerjaan/hasil tes, serta program-program penghargaan.
4)
Memberikan
petunjuk dan indikator pencapaian yang jelas, agar siswa mengetahui apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana mereka dapat mengetahui bahwa tujuan telah
tercapai.
5)
Guru
perlu memperhitungkan perbedaan kemampuan individual antar siswa, latar
belakang, dan sikap siswa terhadap sekolah atau mata pelajaran matematika.
6)
Mengusahakan
untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman, diakui oleh kelompoknya, serta penghargaan, dengan jalan:
a)
memperhatikan
kondisi fisik siswa,
b)
memberi
rasa aman,
c)
menunjukkan
bahwa guru memperhatikan mereka,
d)
mengatur
pengalaman belajar matematika sedemikian rupa sehingga setiap siswa pernah
memperoleh kepuasan dan penghargaan, misalnya dengan memberikan tugas-tugas
yang dapat diselesaikan, agar siswa pernah merasakan keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas,
e)
mengarahkan
pengalaman belajar ke keberhasilan, dan membuat siswa mempunyai tingkat
aspirasi yang realistik, mempunyai orientasi ke prestasi, serta mempunyai
konsep diri yang positif dengan jalan:
(1) memberikan tujuan-tujuan belajar yang
menantang, tetapi dapat dicapai oleh siswa,
(2) memberitahukan hasil belajar (misalnya
dengan mengembalikan pekerjaan siswa yang sudah dikoreksi atau disertai dengan
catatan-catatan, komentar, atau pesan-pesan) dengan memberikan tekanan pada
hal-hal yang positif,
(3) memberikan keleluasaan siswa untuk mengatur
sendiri proses belajarnya.
7)
Untuk
siswa yang memerlukannya, mengusahakan agar terbentuk kebutuhan untuk
berprestasi, rasa percaya diri dan pengarahan diri sendiri dengan jalan:
a)
mensyukuri
atau merayakan selesainya tugas,
b)
menerapkan
teknik-teknik latihan motivasi berprestasi
c)
mendorong
adanya perasaan-perasaan konsep diri.
8)
Membuat
siswa ingin menerapkan apa yang telah dipelajari dan ingin belajar lebih banyak
lagi, dengan cara:
a)
menghubungkan
materi matematika yang diajarkan dengan realitas yang disenangi dan dikagumi
oleh masyarakat, cerita singkat mengenai
para matema-tikawan yang terkait dengan materi yang dibahas,
b)
mengatur
kondisi belajar matematika sedemikian rupa sehingga mereka merasa betah/senang,
misalnya: sesekali di laboratorium pendidikan mataematika atau di luar kelas,
c)
menimbulkan
perasaan bahwa mereka berhasil dengan baik di dalam proses belajarnya.
Upaya
untuk meningkatkan motivasi siswa sangat perlu untuk dipelajari guru dan
diterapkan di dalam pembelajaran matematika yang dikelolanya, sebab tanpa
adanya motivasi siswa akan sulit berhasil dalam proses belajarnya.
No comments:
Post a Comment
Jika ada yang ingin disampaikan tentang isi blog ini, mohon kiranya berkenan untuk memberikan komentar di sini